Sungguh naas di Jumat malam yang naas. 
Anas Urbaningrum sang Ketua Umum Partai Demokrat (PD). Akhirnya akan 
berhenti celotehan dan jenjang karirnya. Untuk tetap bertahan di tubuh 
partai berlambang Mercy itu. KPK sudah mengumumkan melalui gelar  
perkara jumat malam (22/2) dan menyatakan Anas Urbaningrum. Resmi 
 sebagai tersangka dalam kasus penerimaan suap Mega Proyek Hambalang. 
Anas disangka melanggar Pasal 12 huruf (a ) atau b UU Nomor 31 Tahun 
1999 yang telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
 Tindak Pidana Korupsi. Artinya berdasarkan konstitusi partai (AD/ART 
PD) sudah merupakan “keniscayaan”. Mau tidak mau pasti Anas akan di 
depak dari kursi orang nomor satu. Dari partai pemenang pemilu tahun 
2009 tersebut.
Tsunami Jilid II
Inilah Tsunami  jilid II yang tidak 
berhenti pada satu partai saja. Setelah PKS dihantam badai Tsunami impor
 dagang sapi. Melalui Presiedennya, Luthfi Hasan Ishaaq LHI). Kini 
tsunami datang kembali menggulung Partai segitiga biru itu. Partai yang 
 dikenal sebagi partai, membenci perbuatan dan laku korupsi di tanah 
air. Melalui slogannya “katakan tidak pada korupsi”. Namun dari kadernya
 yang banyak terseret dalam perbuatan rasuah. Membuktikan sudah berulang
 kali mengingkari “sumpah” partainya.
Gelar perkara yang dilakukan oleh KPK  
melalui Juru bicara, Johan budi. Anas dijadikan sebagai tersangka. Akan 
menjadi ancaman PD semakin meradang. Topan badai hasil Survey Saiful Mujani Research And Consulthing
 belum juga redah. Kini datang lagi tsunami politik jilid II, yang akan 
semakin mengguncang elektabilitasnya. Menanti kompetisi pemilu 2014.
Dua partai dengan ideologi yang berbeda,
 antara PKS dan PD. Namun setelah dilanda tsunami korupsi terhadap dua 
partai tersebut. Rasanya sekarang bukan lagi waktunya untuk memilih 
partai karena jargon ideologi yang dikemasnya. Oleh karena partai 
politik sekuler, nasionalis, agamis, islam, sama-sama terindikasi 
menggarong uang negara. Untuk kepentingan pundi-pundi partainya.
Sungguh ironis negeri ini, dua petinggi 
dengan latar belakang organisasi keagamaan. Kandas dan mentok karir 
politiknya. Gara-gara mengikuti syahwat kuasa duaniawi semata. Anas yang
 dikenal sebagai mantan Ketua Umum HMI. LHI tidak perlu lagi dibahas, 
PKS tidak pernah mengusung kader yang tidak religius pastinya. Tapi 
lagi-lagi semua sama saja sifatnya, mencederai hati, jutaan, tangisan 
dan derita rakyat Indonesia. Tanpa malu-malu, tanpa takut berdosa 
mengambil harta bukan bagian dari haknya. Sungguh memilukan perbuatan 
mereka.
|  | 
| Sumber Gambar: detiknews.com | 
Kalau sudah begini, masihkah ada harapan
 bagi rakyat indonesia sebagai ladang cerup pasar demokrasi, untuk 
menentukan, siapa kelak yang akan dipilih dalam memenuhi aspirasinya di 
pemilu 2014 nanti. Saya kira kembali kepada semua partai-partai. Yang 
kemarin telah dinyatakan lolos oleh KPU. Sebagai peserta pemilu 2014. 
Kalau toh rakyat ini masih menyimpan sejuta asa dari beberapa calon 
politisi yang akan menahkodai negara ini. Karena jangan sampai negara 
ini akan semakin karam juga. Selayaknya banyak partai yang karam karena 
tsunami korupsi yang begitu dahsyat menghantam para petingginya.
Dua Petinggi 
Bukanlah hal yang mengagetkan jika Anas 
dan LHI, juga akan meningglakan luka yang sama. Bagi partai yang pernah 
membesarkannya. Kedua-duanya memiliki kedudukan dan jabatan, sebagai 
orang nomr satu dipartainya.
LHI sebagi Presiden PKS tersandung suap 
daging impor diprediksi akan menimbulkan demoralisasi besar-besaran 
terhadap partai dakwahnya. Di saat yang samapun Anas Urbaningrum adalah 
ketua umum diguncang wibawahnya. Harus mengundurkan diri. Bukan lagi 
karena elektabilitas PD merengsek turun. Tapi karena dirinya sudah 
ditetapkan sebagi tersangka. Dalam kasus penyuapan Mega Proyek 
Hambalang.
Jika banyak pengamat politk meramalkan 
kalau LHI yang tersangka kemarin. Sangat berbahaya bagi PKS. Karena 
posisinya sebagai pimpnan partai. Gejala ini pula yang akan memantik dan
 menghantam jantung kredibilitas PD. Hingga berada dalam titik nadir, 
tubir jurang kehancuran. Ketika Sang ketua umum yang sudah dijadikan 
tersangka oleh KPK. Apalagi Anas sedari awal selalu tampil di media, 
seolah-olah tidak pernah menyentuh “uang haram” Mega Proyek Hambalang.
Bahkan pernyataan Anas beberapa bulan 
yang lalu “gantung dimonas” jika sekiranya satu rupiahpun dikorupsi. 
Kini ditagih janjinya oleh publik, agar beliau benar-benar digantung di 
Monas. Walaupun mustahil hal itu terjadi. Sebab negara kita tidak 
mengenal sanksi pidana hukum mati dengan cara menggantung terpidana.
Kita bisa fair menilai kalau 
mau menentukan, dari kedua partai yang dilanda tsunami korupsi itu. 
Partai yang mana mengingkari janjinya untuk tidak korupsi. Mengingat 
kedua partai tersebut selling point-nya adalah “memberantas 
korupsi”. Pasti jika hendak dikalkulasi, kader partai yang paling banyak
 diseret dalam pusaran korupsi. Adalah Partai Demokrat. Di sana ada 
Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, lalu kini menyusul Anas
 Urbaningrum. Menjadi korban pesakitan selanjutnya sebagai kader partai 
yang korup.
Kalau publik memberi penilaian, tanpa 
alasan macam-macam. Dari fakta-fakta tersebut. Hal yang wajar jika PD 
setelah dihantam tsunami korupsi jilid II. Menghukum PD dengan berpindah
 ke lain hati nantinya. Apalagi basis elektoral PD juga sangat 
ditentukan oleh pemilih swing voters. Boleh jadi pemilih yang 
pernah bersimpati ke PD akan berimigrasi besar-besaran ke partai lain. 
Entah partai yang menjadi pemain baru saat ini. Atau memilih Golput, 
setelah dirinya merasa dihianati.
Namun bagaimanapun, PD sebagai partai 
pemenang pemilu 2009. Tsunami politik jilid II adalah titik tolak bagi 
PD untuk segera berbenah secepatnya. Hal itu sudah pasti disediakan oleh
 para petinggi majelis partai, dewan pembina, dan para pimpinan DPD dan 
DPC PD. Untuk segera menguatkan barisan, mengembalikan kepercayaan dan 
dedikasi PD sebagai parai bersih.
Fenomena kemarin ketika banyak sekali 
kader yang terseret dalam pusaran korupsi. Jangan lagi diulangi dosa 
demikian. Saatnya  PD berbenah diri dengan merekrut kader dan mengusung 
bakal calon legislatif yang berintegritas, bermoral, memiliki rekam 
jejak bagus, semangat anti korupsi dan akseptabiltas yang baik. Menuju 
pemilu 2014.
Oleh:  







 Previous Article
 Previous Article
