Selamat Jalan Mr. Crack




Dari ratusan tokoh berjibaku menyungsup dalam sejarah, mungkin hanyalah sosok Prof. DR (HC) ing. Dr Sc Mult Bachruddin Jusuf Habibie alias Rudi alias Habibie yang populer di semua kalangan. Ia cukup dikenal hingga di pelosok desa, kampung paling terpencil, bukan karena pernah menduduki kursi kepresidenan secara insedentil. Namun dikarenakan kemampuan beliau menciptakan burung besi, pesawat terbang Gatot Kaca Prototipe N250. 

Nasehat orang tua di kampung terhadap anak-anaknya yang terjangkit rasa malas bersekolah. Tak ayal dengan nada satir, rajinlah engkau bersekolah dan belajar supaya engkau bisa seperti Habibie, bisa membuat pesawat terbang karena kepintarannya. 

Mereka, para orang tua dari anak-anak di kampung yang masih usia sekolah dasar, tentu tidak pernah melihat sosok dan wajah asli Habibie. Jangankan mereka menonton televisi, sebab kala itu listrik belum masuk desa, membaca koran saja tidak pernah atau memang tidak bisa karena buta huruf, tapi Habibie begitu dikenalnya sebagai pencipta pesawat terbang. Entah dengan instrumen apa, berita tentang ketangguhan Habibie bise menembus tebalnya dinding-dinding pedesaan, sampai-sampai menjadi sebuah lagu dikalangan anak-anak kampung, Habibie bota ulunna nataro kappala (Habibie botak kepalanya gara-gara pesawat terbang). 

Dan selain Habibie sebagai ikon bagi anak-anak kampung dalam menggapai mimpi dan menggantungkan cita-cita setinggi langit. Jangan salah kalau Presiden yang ketiga itu, satu-satunya sebagai pemimpin yang paling disukai oleh petani, padahal kita tidak mengenal ideologi Habibie pro “wong cilik.” Saat krisis moneter melanda negeri ini, betapa bahagianya para petani kakao, cengkeh, lada, dan padi, saat harganya melambung tinggi. Ada banyak petani kaya mendadak, sampai rata-rata antri di dalam daftar calon jamaah haji. 

Saat keran kebebasan terbuka dengan lebar, demokrasi dipantik dan dipacu dalam kecepatan waktu. Kalangan petani tidak pernah mempersoalkan kesalahan Habibie membuka refrendum untuk Provinsi Timor Timur, hingga akhirnya lepas dari NKRI. Petani tetap mengharapkan kembalinya Habibie sebagai Presiden RI, di setiap kali pemilihan umum dihelat. Dan kendatipun Habibie tidak pernah secara terbuka mengungkapkan keinginannya untuk dicalonkan sebagai Presiden RI, beberapa partai politik yang kerap mengikutsertakan namanya dibaliho, “partai A pilihanku, Habibie Presidenku,” sedikit tidaknya banyak menangguk untung dari ceruk pasar pemilih yang berprofesi sebagai petani. 

Sungguh dan betapa sulit kita kembali bisa menemukan sosok Mr. Crack sekelas Habibie. Jika orang-orang pada banyak merasa kehilangan, itu pasti. Betapa banyak anak muda saat ini meletakkan Habibie sebagai ikon laki-laki dambaan para wanita, bermimpi mendapatkan pendamping yang menjaga cinta dan kesetiaan hanya untuk seorang, hingga akhir hayat. 

Betapa banyak kaum muda-mudi mendambakan keluarga selaksa Habibie-Ainun, istri yang begitu perhatian kepada suami, suami yang selalu menghargai hidangan istri, walau hanya segelas kopi. Dalam kesibukan tetap ia meluangkan waktu meneguk kopi hasil racikan istrinya. Betapa banyak anak-anak yang sudah dalam usia nikah, membayangkan terbinanya keluarga yang harmonis, romantis, lengkap dengan rahmat Tuhan, shalat bersama dengan istri, lalu dilanjutkan dengan mengaji setiap hari, setiap malam. 

Sampai pada suatu waktu, ada-ada saja protes seorang istri saat tidak lagi semesra dan seromantis dahulu karena kesibukannya bekerja dan mengurus anak, tengoklah Habibie-Ainun. Jika dirimu mengaku sebagai intelektual, cerdasmu tak lebih dari Habibie, tapi hingga usia semenjana Habibie tak pernah jenuh mendaratkan ciuman di kening istrinya. Seluruh kasih sayang Habibie ia berikan hanya untuk Ainun di masa hidupnya, namun ia masih menderita batin, dengan perginya sang istri di pangkuan Ilahi. Maukah dirimu lebih menyesal dan mengalami sakit yang lebih sakit dari yang dialami Habibie. Tidak pastinya. 

Menceritakan kelebihan Habibie memang tak ada habisnya, bahkan nyaris manusia mungil tapi berpikiran besar itu tidak memiliki kekurangan. Satu-satunya kekurangan yang pernah terungkap di sebuah acara yang dibawakan oleh Rosiana Silalahi, konon beliau tidak kenal pemain sepak bola legendaris, Maradona, dia kira Madona sudah menjadi pemain sepak bola. Dan saat yang sama, ditengarai kalau Habibie tidak pula mengerti tentang politik bermuka dua, dugaan itu mungkin ada benarnya tapi bisa juga tidak benar, berdasarkan cermin dan potretnya saat pertanggungjawaban beliau di hadapan MPR, ditolak habis-habisan, bahkan terkesan dihinakan. 

Mr. Crack, dengan segudang prestasi, pemegang 45 hak paten. Dunia berdecak kagum kepadanya berkat Crack progression teorinya dipakai untuk memprediksi crack propagation point, atau letak awal retakan pada pesawat dengan perhitungan yang sangat detail, sampai ke tingkat atom. Berkat temuannya itu, pesawat di dunia lebih hemat bahan bakar, standar keamanan pada pesawat ditingkatkan, risiko kecelakaan pesawat pun berkurang, dan proses perawatannya menjadi lebih mudah dan murah. 

Manisnya kebebasan pers, keran demokrasi terbuka lebar, otonomi daerah, hingga penegakan hukum dan hak asasi manusia adalah buah tangan Habibie di fase pemerintahannya yang cukup singkat. Pers yang berpuluh-puluh tahun terbelenggu dalam regim diktator dan otoritarian diakhiri dengan debirokratisasi izin peliputan dan pemberitaan. Begitu pula dengan terbukanya keran demokrasi, partai politik tidak lagi terkanalisasi dalam kehendak dan kemauan penguasa. Hingga daerah-daerah diberikan otonomi, demi mengakhiri sentralisasi pembangunan hanya di ibu kota negara. 

Pun Habibie menjadi pelopor terbentuknya regulasi atas kebalnya pejabat yang merengkuh kekuasaan, dapat diproses hukum jika terindikasi dalam perbuatan korupsi, kolusi, dan nepoteisme. Habibie bukan generasi yang mengekor di bawah ketiak kekuasan orde lama, terbukti dengan dibebaskannya sejumlah tahanan politik yang dahulu kala dipenjarakan oleh orang yang menobatkannya sebagai wakil presiden. Hingga menduduki kursi RI seorang diri, karena kecelakaan sejarah. 

Selamat jalan Mr. Crack. Saat dirimu begitu rapuh tanpa seorang wanita, tanpa seorang yang kau cintai. Kini engkau telah bertemu dengan cahaya matamu, penyejuk jiwamu, bidadari surgamu. Tenanglah kau dalam pembaringanmu, di sini, semesta umat manusia sedang berdoa dan bertasbih untukmu. Mereka pada semua kehilangan tokoh yang bisa menjadi panutan, hilang tak ada pengganti. Entahlah esok atau lusa, akan lahir lagi manusia sehebat, secerdas, dan setangguh dirimu. Semoga…!





Oleh: Damang Averroes Al-Khawarizmi
Penulis

ARTIKEL INI TELAH MUAT DI TRIBUN TIMUR, 14 SEPTEMBER 2018














[Read More...]


Return to top of page Copyright © 2011 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors