Bencana Kelud dan Berkah Tahun Politik



ISAK tangis melanda ratusan ribu ummat manusia, di tengah gelimpangan kemewahan harta, satu persatu pelosok tanah air di nusantara ini, secara bergiliran diguncang oleh kemahakuasaan Tuhan. Kalau ada negeri yang belum dilanda bencana, mungkin hanya menunggu giliran. Oleh sebab itu, kita jangan terlalu ogah dan “congkak”, kalau negeri kita di kawasan Timur masih aman-aman saja. Sedangkan negeri lain di Ibu kota Indonesia (Jakarta), Jawa Timur, dan Sumatera Utara porak-poranda atas berbagi peristiwa alam.

Sungguh tak ada satupun ummat di muka bumi ini dapat memprediksi dengan tepat kalau bencana akan datang pada tanggal, hari, dan jam sekian. Kalaupun ada kemampuan tekhnologi dari berbagai ahli geologi, meterorologi dan geofisika, lebih dari cukup masih banyak kekurangannya, untuk membentengi manusia dari “bala” yang sewaktu-waktu akan merenggut nyawanya.

Hingga belum sembuh kantung mata dalam derah luka menyaksikan banjir bandang Manado, juga banjir tahunan Jakarta yang kian parah, kemudian melumpuhkan segala aktifitas pemerintahan di daerah itu. Lagi dan lagi, Indonesia berduka lagi. Tak hanya masyarakat Kabupaten Karo yang menjadi korban “kemarahan” dari paku-paku langit (baca: gunung) yang mengokohkan bumi atas kedigdayaan gunung Sinabung. Secara beruntun, kali ini letusan gunung merapi juga datang dari Timur pulau Jawa, ialah gunung Kelud juga memuntahkan abu vulkaniknya, menjelang seperdua malam (13/02/014). Terlihat halilintar di atas merapi itu, sembari memuntahkan debunya kesegala penjuru, merangsek ke Jawa tengah, bahkan terasa hujan debu vulkaniknya hingga ke Jogyakarta.

Negeri tempat peradaban Islam oleh para Wali itu, akhirnya memaksa penduduk disekitar gunung Kelud harus berlari, menjauh dari ancaman lahar panas, yang telah memercik ke udara setinggi 17 km. Mereka semua pada berduyun-duyun di tengah gelapnya malam, hanya membawa barang seadanya, mengungsi di tempat-tempat aman dari yang telah ditentukan oleh team penanggulangan bencana.

Pemerintah Tanggap


Kali ini pemerintah pusat atas nama Presiden SBY, langsung tanggap. Pada Jum'
DAMANG AVERROES AL-KHAWARIZMI
at pagi (14/2/014) SBY langsung menggelar rapat terbatas mengkoordinasikan penanganan terhadap pengungsi. Presiden memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif dan Gubernur Jatim Soekarwo untuk memimpin langsung penanganan tanggap darurat. Sepertinya, SBY tidak mau lagi dipersalahakan untuk kedua kalinya, yakni dianggap terkesan lamban bertindak atas warga yang menjadi korban letusan gunung merapi seperti kasus gunung Sinabung.

Cukup sudah kasus gunung Sinabung, dari akun kloning kompasiana yang menamakan dirinya Vita Sinaga mengirim surat instagram di dunia maya kepada isteri Presiden kelahiran Pacitan itu. Kalau ternyata dalam kasus Gunung Sinabung, Ibu Ani dianggap berleha-leha dengan foto; cucu, menantu dan anaknya. Ibu Ani dianggap bersenang-senang di tengah ratusan ribu rakyatnya yang sedang didera luka dan derita karena letusan gunung Sinabung.

Berita di harian Tribun Timur halaman pertama akhir-akhir ini, berkali-kali diberitakan SBY akan melakukan lawatan ke Makassar dan beberapa kabupaten/kota di Sul-sel (Pare-pare, Palopo, Wajo, dan Toraja), akhirnya mengalami penundaan hingga dua kali. Presiden dijadwalkan akan tiba di Makassar Kamis 20 Februari (Tribun Timur, 17/2/014). Tentunya kita harus mahfum, jika kunjungan itu dibatalkan, meskipun sudah dipersiapkan matang oleh pemerintah setempat yang akan menjadi daerah kunjungannya, dan menyambutnya sebagai tamu agung di tanah Bugis-Makassar. Semoga penundaan kunjungan tersebut, benar-benar dimanfaatkan oleh SBY, hanya untuk warga yang telah diungsikan dari dahsatnya ancaman letusan gunung Kelud.

Sangat pantas SBY mendahulukan hal yang prioritas. Derai air mata korban letusan gunung kelud yang berjuang dalam pekat dinginnya malam di area pengungsian, dan hanya berharap satu-satunya uluran tangan guna memenuhi makan pagi, siang dan malam dari warga lainnya (yang tidak menjadi korban bencana) serta pemerintah. Adalah jauh lebih penting, sang Presiden SBY, berbaur bersama korban pengungsian, dibandingkan menghadiri tugas kenegaraan, meresmikan tempat; seperti tempat-tempat bersejarah, gedung pemerintahan, jembatan, jalan dan lain-lain. Kalaupun tugas kenegaraan demikian ditunda pelaksanaannya tidak ada kerugian yang bermuara pada kerugian ragawi dan jiwa, ketimbang pengabaian terhadap korban bencana Kelud.

Aksi sosial SBY untuk mengunjungi warga Kediri yang terkena bencana Kelud, tidak hanya akan menimbulkan simpatik dari rakyatnya, hingga pemberitaan yang membuat namanya kembali menjadi “istimewa”. Namun simpatik dari dunia internasional dipastikan juga akan berdatangan. Dan boleh jadi Perdana Menteri Singapura Lee Hsieen Loong lantaran kontroversi penamaan KRI Lusman-Harun, yang membloknya dari pertemanan di jejaring facebook, akan menyesal. Ternyata sang pemimpin korban sadapan intelegen Australia itu adalah pemimpin yang juga tat kala humanisnya di dunia.

Berkah Politik

Di sisi lain, bencana yang melanda beberapa tanah air, tidak bisa dipungkiri kalau telah tercipta kesedihan dan duka yang mendalam, karena ada saja yang menjadi korban luka, bahkan berujung pada maut. Namun mereka yang masih hidup, masih ingin berbahagia dan terus bertahan hidup. Di sinilah momentum para Calon Legislatif berebut “berkah” di tahun politik dalam rangka mendulang, berbagi, hingga mengucurkan harta dengan bendera partainya kepada korban bencana.

Di tanah yang sedang ditimpa bencana itu, para calon pejabat di negeri ini sedang berebut jatah. Tidak hanya mengais simpatik, tetapi juga berebut “peluang” agar terpilih kembali yang sudah merasakan “manisnya” kekuasaan. Sementara yang baru mencalonkan diri juga berharap “peruntungan” dari aksi soliditas sosialnya. Yang pasti, peluang diantara mereka, hanya waktu dan sejarah demokrasi yang menjawabnya. Kalau toh mereka tulus memberikan santunan terhadap korban bencana, mungkin Tuhan juga akan memberi “mujizat” dan meridhoinya, sehingga benar-benar terpilih nantinya.

Tidak pusing, warga yang sedang dilanda musibah, apakah itu banjir, gempa bumi, letusan merapi, tanah longsor yang menimpanya. Mereka hanya ingin bertahan hidup, siapa yang mengulurkan rezeki untuknya, pasti akan diterima dengan lapang dada. Persoalan bendara partai, mau hitam, putih, merah, biru, bukan urusan mereka. Silahkan bagi siapa saja ingin berbagi rezeki terhadap mereka. Karena memang, sengaja Tuhan membuka “pintu surga” di tempat mereka, yang sedang dihantam bencana Kelud. Dan bagi anggota partai politik tertentu, “berkah politik” juga bisa hadir di sana, sehingga “pintu Senayan” pun akan terbuka lebar untuknya. Itulah kuasa Tuhan. Wallāhu a’lamu bi al-shawwāb. (*)




Responses

0 Respones to "Bencana Kelud dan Berkah Tahun Politik"

Posting Komentar

Return to top of page Copyright © 2011 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors